Keramaian massa, meski sering kali menjadi simbol demokrasi dan ekspresi publik, menyimpan potensi ancaman yang serius jika tidak dikelola dengan baik. Di balik hiruk pikuknya, kerusuhan bisa pecah kapan saja, mengubah suasana damai menjadi kekacauan yang merugikan. Dalam menghadapi skenario buruk ini, peran strategi pasukan pelopor menjadi krusial dalam mengurai kerusuhan massa dan memulihkan ketertiban.
Pasukan pelopor, yang terdiri dari unit-unit khusus kepolisian atau aparat keamanan lainnya, dilatih secara intensif untuk menghadapi situasi darurat seperti kerusuhan. Fokus utama mereka adalah pencegahan, de-eskalasi, dan penindakan terukur. Sebelum kerusuhan pecah, strategi pasukan pelopor sering kali melibatkan pemantauan intelijen yang ketat. Misalnya, pada tanggal 12 April 2025, tim intelijen Polda Metro Jaya berhasil mengidentifikasi potensi kerusuhan pada sebuah unjuk rasa besar di depan gedung DPR/MPR RI, Jakarta Pusat. Informasi ini kemudian menjadi dasar penyusunan taktik respons.
Ketika tanda-tanda kerusuhan mulai terlihat, seperti pelemparan benda atau provokasi, strategi pasukan pelopor segera diaktifkan. Mereka akan membentuk barisan pelindung, menggunakan peralatan pengendali massa non-mematikan seperti tameng dan tongkat, serta melakukan negosiasi dengan provokator atau pemimpin massa yang masih dapat diajak bicara. Pada peristiwa kerusuhan di Jalan Sudirman pada hari Minggu, 20 Mei 2025 pukul 14.30 WIB, pasukan anti huru-hara dengan sigap membentuk formasi V untuk memecah konsentrasi massa, sekaligus membuka jalur evakuasi bagi warga sipil yang terjebak.
Jika situasi memburuk dan intervensi fisik diperlukan, strategi pasukan pelopor tetap berpegang pada prinsip proporsionalitas. Penggunaan gas air mata atau meriam air hanya dilakukan sebagai upaya terakhir dan setelah peringatan yang jelas diberikan. Penting untuk dicatat bahwa setiap tindakan yang diambil didasarkan pada prosedur operasi standar (SOP) yang ketat, memastikan bahwa dampak terhadap masyarakat diminimalisir. Dokumentasi setiap insiden juga menjadi bagian integral dari strategi ini, membantu dalam evaluasi pasca-kejadian dan penegakan hukum terhadap pelaku kerusuhan. Pada akhirnya, keberhasilan mengurai kerusuhan massa bukan hanya tentang kekuatan fisik, tetapi juga tentang penerapan strategi yang cerdas, terkoordinasi, dan mengedepankan keselamatan publik.